.:: Edisi : KELURAHAN, kapan sadarmu ? Ben ora tansah ngGUAPLEKi.
Yang sukanya mengeluh biasanya tak perlu solusi, maka tak usah merepotkan diri memberi solusi, sebab yang diperlukannya cuma pendukung untuk membenarkan pikirannya tentang keluhannya. Opo yo ngono ?
.:: Edisi : Ora usah kakean sambat, minum saja jamu TOLAK SAMBAT.
JUM'AT yang lalu-lalu tak seJUM'AT JUM'AT ini, sebab yang lalu tak lagi JUM'AT hanya sekedar kenangan tentang JUM'AT.
.:: Edisi : JUM'ATnya JUM'AT.
Tasawuf, sufisme bukan kaum penyembuh manusia dari sakit. Sufi adalah jalan penyehatan hidup jasmani-rohani. Sehat dalam perspektif yang lengkap dan komprehensif, jiwa dan raga, jasmani dan rohani, luar-dalam bumi-langit, dunia-akhirat. Wirid bukan keajaiban, ia hanya alat sederhana yang diperlukan oleh kelemahan manusia agar jiwa dan pikirannya tidak terpecah melebar ke segala sesuatu yang melemahkan hidupnya.
Sesungguhnya, wirid memelihara fokus dan konsentrasi hidup manusia pada suatu titik yang paling pantas dan rasional untuk ia jadikan pusat perhatian dan tujuan. Kalau konsentrasi itu prima, maka kreativitas intelektualnya menjadi efisien dan efektif. Atmosfer kejiwaannya juga terhindar dari kepulan-kepulan takhyul yang merupakan isi utama dunia. Penyakit kejiwaan seperti stress, depresi, paranoid, dan sebagainya berasal dari perlawanan hati manusia terhadap kewajaran hidupnya, jiwanya kalah dalam peperangan itu. Di sisi lain, pikiran manusia tidak membawa dirinya pada peletakan diri di titik koordinat nilai hidup yang paling sehat.
Hati manusia tidak bekerja sama dengan konsep pikirannya dalam menentukan ke mana ia memandang, apa yang harus ia kejar dan jangan dikejar, apa yang primer dan sekunder, apa yang semestinya disembah secara total dan apa yang silakan disepelekan saja
.:: Edisi : mBah Nun, dawuh.
Karena tak percaya dirinya ada, maka dia~mereka [beberapa bulan ke depan sampai dua tahun ke depan] akan memasang gambar dirinya~lukisan wajahnya, memampang nama dengan sederet gelarnya dan menuliskan jabatan serta khayalannya tentang sebuah pengabdian, di tepi-tepi jalan, di sudut-sudut kota, di berbagai media dan bahkan mungkin di punggung setiap orang.
.:: Edisi : Super badutz, mbegedud.
Skala Prioritas. Bagi saya, materi itu nomor 17, bukan yang nomor 1. Sayangnya dan nyatanya, nomor 1 sampai 16 masih kosong.
.:: Edisi : Mana uang... mana uang... ?!
Setinggi-tingginya jabatan adalah mantan, sepuncak-puncaknya pangkat adalah purnawira dan sehebat-hebatnya gelar adalah gelar Alm di depan nama.
.:: Edisi : Atribut nisbi.
Banyak hal yang hanya bisa dirasa, tak terungkap walau ingin mengungkap, selalu terbata kala berkata sebab menyimpan makna di balik gejolak jiwa.
.:: Edisi : He... he... he...
Tak ada awal yang tanpa ada akhirnya, tak ada pula akhir yang tak berawal kembali, sebagaimana angka 8, itulah waktu. Semakin menyedikitnya sisa waktu, SEMOGA selalu dalam PITUlungan / pertolongannya Gusti Allah untuk SIJI~nyawiji~menyatu denganNYA, dengan me-nyawiji-kan niat me-nyawiji-kan ilmu dan laku dalam mengABDI memayu hayuning bawono.
Tak hanya memayu hayuning bawono, namun juga ambrasta dur angkoro. Angkaranya dajjal yang telah nyata mengendalikan segala bangsa, membelenggu ruh, mengkerdilkan jiwa, menipu akal, mengakali pikiran, menyihir kesadaran, menuhankan keinginan, mengAGAMAkan materi, memecah persatuan, melebarkan perbedaan, memperuncing permusuhan dan pastinya mendiktekan segala skenario penguasaannya.
Maka berhala materi harus dihancurkan dengan menyatukannya di satu titik, menuju, menjadi dan agar mempunyai "bargaining power" terhadap hegemoni dunia.Maka dalam diri pula harus terus diputari~dilingkari dengan metodologi asma' termutakhir untuk mengkaliskan jejak-jejak dajjal, agar tak kehilangan "jabang bayi"nya sendiri hingga bisa selamat "nyawiji" dengan Gustinya.
.:: Edisi : 7881
Saatnya merayakan menyedikitnya sisa waktu dengan pesta pora di kedalaman jiwa, membakar segala penyesalan hingga lepas mengangkasa dan meniup terompet kesadaran yang memekakkan serta membangunkan tidur panjangnya kealpaan akal.
.:: Edisi : Merayapi waktu.
Andai Sayyidina Umar mampu dan diijinkan Kanjeng Nabi untuk membunuh dajjal, selesai sudah ceritanya. Kalau jalan cinta dipenggal dan dikuburkan, hendak ke mana akan melangkah pulang ? Yang hendak pulang dibelokkan ke kios-kios cinta, dengan label-label cinta yang sudah amat dangkal maknanya. Apus-apus~ngapusi~diapusi.
Maka tetaplah beragama asal itu sebatas identitasmu, asal tetap dangkal penalaranmu, asal tetap kasar perangaimu, asal tetap radikal gerakanmu, asal kemuliaan tak menjadi akhlaqmu, asal ilmu tak menjadi lakumu, asal cinta tak menjadi samudra jiwawu. apus~ngapusi~diapusi.
.:: Edisi : Jabang bayiku durung ketemu.
Membuat resolusi awal tahun itu memang perlu, namun lebih perlu lagi mengingat lagi semua rasa syukur di tahun lalu. [Selamet aku kumpul karo wong apik-apik, dadine melu apik senajan kepekso].
.:: Edisi : Loe Gue FRIend.
Butiran debu yang menempel di dahi itu, diperintahkan olehNya menyerap pancaran buruk pikiran saat kepala mau merendahkan diri merunduk ke bumi, hingga pemilik dahi makin lama merunduk makin ariflah ia, bukan sebaliknya.
.:: Edisi : Tak sekedar stempel.
Tak pernah cukup kalau tak mencukupkan diri : melihat yang di dalam bukan yang di luar, melihat yang di bawah bukan yang di atas, melihat yang sudah ada bukan yang belum ada, melihat yang kecil bukan yang besar, melihat yang sekarang bukan yang tadi atau nanti.
.:: Edisi : ngAlhamdulillah.
Dia yang menghina pasti merasa sempurna, dia yang memaki pasti merasa tinggi dan dia yang mengumpat pasti merasa terhormat.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Hidup itu perjalanan, jadi nikmati saja hingga akhirnya sampai. Kalau menganggap hidup sebagai sekolah, jangan protes kalau banyak PR dan ulangan mendadak di samping selalu ada ujian yang terjadwal.
.:: Edisi : Milih endi ?
Masih sulit berkelit dari tuntut~menuntut dalam sebuah rasa~merasa "taat" di balik kata "yakin" yang belum bermakna demikian. Melangitkan keinginan dalam munajat doa tanpa menyerahkan dan merelakan pilihan terbaik pada pengetahuan dan kekuasanNya, bisa jadi bermakna "nantang perkoro" alias cari masalah. Bukan karena kembang~menyan, bukan sebab japa~mantra dan bukan pula sebatas sembur~suwuk, anggapan hati dan akalkulah yang sering bengkok~miring~rancu~pekok~koplak.
.:: Edisi : Klenik~nglenik, delapan puluh persen.
Tak kuundang kau datang, tak kuantar pun kau pulang.
.:: Edisi : Tak hanya jailangkung.
Ke mana jiwa letih ini kuletakkan, setelah raga letih ini kuletakkan di atas tikar.
.:: Edisi : Ayu Ting-Ting.
Pengalaman yang ditempuh seseorang bisa jadi merupakan suatu kebenaran baginya, namun tidak berarti kemudian menjadi parameter kebenaran bagi orang yang lainnya.
.:: Edisi : Sebatas referensi.
Kutolak kaudatangi, kuterima kautinggal pergi.
.:: Edisi : Masalah.
Kukejar kauberlari, kudiam kauhampiri.
.:: Edisi : Rejeki.
Wira-wiri koyo wong edan.
.:: Edisi : Wiridan, pengejawantahan di dunia luar.
Cerminku buram~retak / ku~buram~retakkan ?
.:: Edisi : Wis ngerti.
Peka dan sadar akan hal-hal remeh yang tampak mata, sederhana namun tak mudah.
.:: Edisi : Mukasyafah.
SKAK. Kalah~buyar, ditata lagi, main lagi, semangat lagi.
.:: Edisi : Meski permainan, tetap ada aturan. Mainkan.
Istimewa bukan sempurna. Sempurna, menjadi dan menjalani "biasa"nya masing-masing.
.:: Edisi : Ngurupke urip.
Wuwu, metode menjebak, masuk tanpa bisa keluar, terjebak dalam dalam rahmat.
.:: Edisi : Welas asih.
Saat ikan menanyakan di mana air.
.:: Edisi : Merem.
Hormat bermakna mensyukuri realita tanpa terikat padanya.
.:: Edisi : Pangerten, kepekaan.
Soal ujian selalu masih menjadi misteri saat belum diujikan, bila tak demikian, bocoran namanya.
.:: Edisi : he... he... he...
Tak tertolak ~ diterima ~ langsung ~ tanpa jeda. Suatu perintah, yang DIA mendahului 'melakukannNya', tak demikian di perintah yang lain.
.:: Edisi : Shalawat.
Dahsyat ~judul bukunya, isinya belum tentu. Sukses penulisnya~kalau seminar bukunya laku. Kalau mau "isi" tengoklah yang judulnya kelihatannya tak berisi, siapa tahu menemukan "isi". Kalau mau "motivasi" jenguklah yang tak bertujuan memotivasi, siapa tahu "termotivasi".
.:: Edisi : Ada kalanya.
Lagak ~mempesona, ucap~membangkitkan asa, ilmu~harganya membelalakkan mata, namun kalau makin menguatkan ego, provokator namanya, meski atas nama Tuhan, lama-lama Tuhan hanya sekedar obyek pelengkap. Salah sendiri rupanya, berbuat baik saja perlu tukang kompor.
.:: Edisi : Menguat atawa melebur ?
Fas-aluu ahla dzdzikri in kuntum laa ta'lamuun - Bertanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui.
.:: Edisi : Bukan ahli pikir.
Ketawa ~ketiwi senyam~senytm cengar~cengir, kumpul sana~sini, potrat~potret, bahagia kelihatannya, nyatanya sekedar fatamorgana perias wajah kerontang jiwanya.
.:: Edisi : Gak sedikit.
Andaikan ~seandainya~kalausaja "dulu", tak pernah terucap oleh sang putera waktu, sebab hidupnya saat ini, di sini, seperti ini dan sudah.
.:: Edisi : Saiki~saat ini.
Keliru ~salah~bengkok bisa menjadi seakan betul~benar~lurus, saat nikmat~menikmati~dinikmati berulang berbalut seribu alasan.
.:: Edisi : Salah kaprah atawa benar kaprah ?
Mendengar perlu kerendahhatian, sebagaimana bertanya yang perlu ketulusan dan seperti juga membaca yang perlu pengosongan.
.:: Edisi : Luwih gampang ngomong.
Andal ~diandalkan~mengandalkan diri~ku~mu~nya selamanya takkan pernah memperringan~menyelesaikan~mengurai segala soal~coba~uji~ingat. Tak usah ada tanya, jawabnya jika dan hanya jika bersedia memilah-memlih urusanku bukan urusanNYA.
.:: Edisi : Menyerahlah untuk menang.
Siang memang bergiliran dengan malam, namun sejatinya siang selalu bersama malam, tak pernah lebih lambat dan tak pernah pula lebih cepat. Kesadaranlah yang memahami siang bergilir dengan malam ataukah siang bersama malam.
.:: Edisi : Dualitas semu.
Segala lakon kebaikan yang pernah tertulis~terbaca terucap~terdengar tertampak~terlihat pasti akan dan selalu kontra dengan realita lakon yang sedang dijalani oleh masing-masing orang selama masih menguatkan akunya, namun tidak demikian bagi mereka yang mau menyerap lakon kebaikan itu menjadi lakunya, hingga membumi dalam dirinya.
.:: Edisi : http://www.facebook.com/permalink.php?
Mustahil meredakan badai yang sedang mengamuk, mungkin hanya bisa berusaha diam meski teramuk badai.
.:: Edisi : Unpredictable.
Satu kata ungkapan jiwa lebih mengena dalam makna bila dibandingkan seribu kata hasil olah logika.
.:: Edisi : Kangeeennnnnnn.
Dunia tak semua hitam, tak juga putih semua, di antaranya ada abu-abu, warna-warni yang lain pun ada dan memang demikianlah gusti Allah menciptakan.
.:: Edisi : United colors of ndonya.
Bisikmembisik jegalmenjegal dorongmendorong cegahmencegah tarikmenarik kacaumengacau paksamemaksa elakmengelak belamembela hindarmenghindar, riuh ~ gaduh ~ berisik yang tak asyik.
.:: Edisi : Yang mana dikau, suarahatiku.
Dipuja -puji ~ memuja-muji, laksana terpuja-puji, terobsesi hingga terpalingkan~memalingkan~dipalingkan hatinya, terlena dari kesadaran dan terbius oleh rayuan masal yang bodoh~membodohkan.
.:: Edisi : Diam-diam menghanyutkan.
Saat hati penuh cinta, perasaan membahagia sejuta rasa, pikiran pun beraneka warna, ucapan dan perbuatan pun biasa membahagiakan mereka yang di luar sana dengan berbagi walau hanya secuil doa.
.:: Edisi : Begicu tho ?
Perasaan gembira dapat dibangkitkan dengan berolah raga, namun tak hanya itu, olah raga malah dapat membuahkan ketenangan dan kebahagiaan saat dilakukan dengan kesadaran taat risalah menjaga amanah raga.
.:: Edisi : Nyicil push-up.
Tak ada satu pun yang bisa mempengaruhiku kecuali memang aku menginginkannya.
.:: Edisi : Tolak sihir ~ iklan ~ setan.
Kesadaran bukan masalah tidur, jaga atau pun mimpi. Kesadaran juga bukan masalah otak beta, alfa, theta atau pun delta. Namun, kesadaran adalah bagaimana diri kita menyadari dengan sadar seluruh perasaan, pikiran, ucapan dan tindakan kita, dalam keterhubungan dengan seluruh kehidupan dan tentu saja yang pertama dan utama adalah dalam keterhubungan diri kita sebagai abdi dengan Allah sebagai Gusti, sehingga tidak ada penyesalan.
.:: Edisi : DI SINI TIDAK ADA PENYESALAN
Dzikir membuka gerbang jati diri ruhani, khusyu' memperlebar jarak dari segala keterikatan serta kemelekatan, sedangkan wirid meningkatkan kualitas kesadaran diri secara menyeluruh.
.:: Edisi : Catatan pribadi.
Jati diri, bagai logam mulia atau intan berlian, dia tak ditemukan begitu saja, baru terkuak saat kita bersedia menggali jiwa kita lebih dalam.
.:: Edisi : Catatan pribadi.
Apa iya untuk sayang harus kenal dulu ?
.:: Edisi : Tak kenal maka tak sayang, katanya.
Jarak merupakan satuan ukuran dalam dimesi ruang, tiap koordinat ruang yang satu pasti berjarak dengan koordinat ruang yang lain, namun tak berlaku untuk rasa, sebab pada rasa tak ada dekat atau pun jauh, yang ada hanyalah satu dan menyatu.
.:: Edisi : Catatan pribadi.
Meski tak diakui, setiap saat dalam interaksi selalu terjadi tarik menarik energi, saling menghisap energi. Maka, kita akan merasa tak nyaman dengan mereka yang tak sependapat, tak sepaham, tak sehaluan dan tak-tak yang lain, sebab kita tak bisa menghisap energi mereka.
Bahkan, sahabat kita, bukan karena selaras, tapi lebih karena kita menghisap energinya sebab kita masih memerlukan pengakuannya tentang diri kita. Maka banyak kisah, sahabat berbalik jadi musuh, bukan sekedar musuh biasa melainkan musuh bebuyutan.
.:: Edisi : Éling lan Waspädhä.
Ada kalanya ada sesuatu yang dihindari, ada sesuatu yang diinginkan dan diusahakan untuk bisa lepas, namun tak kunjung terlaksana, karena nyatanya diam-diam menikmati sesuatu itu.
.:: Edisi : Lem Swi King, raja lem yang lekatnya lama.
Dalam diam seribu bahasamu, tetap saja kau mencandaiku.
.:: Edisi : Kebatinan. Untuk apa ? Kalau sudah, untuk apa ? Kalau juga sudah, untuk apa ?
Kalau itu pun sudah, untuk apa ? kalau juga sudah, untuk apa ? Terus untuk apa ? Lalu untuk apa ? Selanjutnya untuk apa ?
.:: Edisi : Penipu ~ menipu ~ tertipu ~ ditipu ~ ternyata ~ nyatanya ~ nyata.
Ke mana hendak mengadu, kala hati berbisik rindu
Ke mana mau berkata, saat jiwa menyapa rasa
Ke mana akan melangkah, ketika bahagia menjamah raga
.:: Edisi : Limang watt setengah.
Kenapa diistilahkan "buang hajat" ? DAN untuk buang hajatnya anggota (...)ewan saja sampai perlu 1,4 M, sebuah nilai yang "wajar" untuk renovasi sebab itulah cermin mahalnya sebuah hajat, hajatnya syahwat, syahwatnya politik, politiknya kekuasaan, kekuasannya uang, uangnya tuhan, tuhannya syahwat.
.:: Edisi : Oalah yo... yo...
Sebab kepentingan tertentu, fakta sejarah sering dikabur-kuburkan.
.:: Edisi : JASMERAH, jangan sekali-sekali melupakan sejarah.
Seorang anak kecil usia sekolah dasar berjualan jajanan seribu rupiah per bungkus, sang ayah tergolek sakit di rumah, sakit jantung. Si anak setiap hari ke depot Padang [yang jual baik, mau melayani, alhamdulillah], beli nasi saja tanpa lauk dengan diguyur kuah rendang atau kuah yang lainnya, dua ribu rupiah, untuk makan ayahnya, dia sendiri tidak, mungkin hanya sekali sehari.
.:: Edisi : Cermin, realita yang tak hanya satu. Pilunya, maluku.
Menyerap kebaikan, bisa jadi hanya menjelma sampah, saat kebaikan yang diserap tak juga membaikkan diri sendiri dan tak juga berbuah kebaikan bagi diri yang lain.
.:: Edisi : Seribu guru, segudang buku, selangit ilmu, selaut tahu dan sepadang hikmah, akan tersia saat tak menjadikan beningnya kalbu dan mulianya prilaku.
Seorang anak kecil usia sekolah dasar berjualan jajanan seribu rupiah per bungkus, sang ayah tergolek sakit di rumah, sakit jantung. Si anak setiap hari ke depot Padang [yang jual baik, mau melayani, alhamdulillah], beli nasi saja tanpa lauk dengan diguyur kuah rendang atau kuah yang lainnya, dua ribu rupiah, untuk makan ayahnya, dia sendiri tidak, mungkin hanya sekali sehari.
.:: Edisi : Cermin, realita yang tak hanya satu. Pilunya, maluku.
Jangan pernah sekalipun, dengan "intensitas kebencian yang sangat", menjustifikasi fenomena alam di suatu wilayah semata karena menganggap penduduknya tak beriman pada Tuhan kita, meski mungkin demikian adanya, sebab justifikasi yang hakiki hanyalah milik TUHAN. Cukuplan menjadi pelajaran, tak usah ada kebencian sebab kebencian itulah yang berbahaya apalagi jika dilakukan bersama dalam jumlah manusia yang buanyaaak. Pancaran kebencian itu akan menarik fenomena alam yang serupa ke wilayah asal pancaran kebencian. Biasanya begitu.
.:: Edisi : Jagad Cilik, Jagad Gêdhé.
Selamanya, memperbaiki takkan pernah bisa dilakukan dengan mencaci, pun demikian dengan perduli, tak mungkin dengan cara memaki. Itu hanya pantas untuk diri sendiri, bukan untuk yang lain.
.:: Edisi : Diriku, dirimu, dirinya baik, Indonesia pun akan baik.
Ada satu hal yang terdekat yang selalu dapat disyukuri, meski tengah berada di berbagai masalah dan di beragam persoalan. Satu hal itu adalah nafas, sebab pada detik ini pun ada banyak manusia yang nafasnya telah terhenti.
.:: Edisi : Jagad Cilik, Jagad Gêdhé.
Tak juga mencapai titik tahu diri, malah larut terkagum dan terobsesi saat diri-diri yang lain melakukan hal-hal yang terlihat besar, Namun adakah yang sejatinya lebih besar dari tahu diri ?
.:: Edisi : Prestasi
Tak sanggup sejenak pun melepaskan ingatan dari anak/istri/suami/keluarga, pekerjaan, berbagai masalah dan ragam persoalan, walau tahu namun tak juga mau tahu bahwa semuanya terbatas dan dibatasi, hingga selalu saja menajdi sebuah obsesi yang tak kunjung henti, hingga pula sering berteman resah dan berkawan galau, namun tak pernah sekalipun berkarib yakin bersahabat pasrah dalam cinta sejati.
.:: Edisi : Lupa, lupa dan lupa.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk selalu mentransformasikan rahmat menjadi berkat, dengan membaikkan proses menyerapnya dan mengabdikannya dengan memperluas manfaat, hingga menemukan titik bahagia di dalamnya.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tiba-tiba merindu walau tak pernah bertemu, tiba-tiba pula ingin bersua walau tak pernah jumpa dan tiba-tiba pula hendak menyapa meski tak pernah berkata.
.:: Edisi : Sugeng sonten.
Ono dino ono upo.
.:: Edisi : Ono dino ono upo.
Malam selalu berselimut sepi berbalut sunyi, saatnya menyendiri. Tak demikian dengan dunia malam.
.:: Edisi : Dulaplip.
Tenang aja, semua masalah itu solusinya cuman satu : ndak usah mikir !!!
.:: Edisi : Wisik mBah DhrunH.
Setiap diri selalu unik. Diriku, dirimu, dirinya.
.:: Edisi : Indahnya ku-mu-nya.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk selalu mengacuhkan segala pujian, apalagi bila datangnya berulang dan berlebihan, agar tak ada kesempatan untuk kehilangan diri sendiri dengan bertindak, berlaku dan bersikap hanya demi pencitraan diri sebagaimana yang dipujikan orang.
Berlaku juga untuk celaan, hinaan dan makian kalau itu hanya akan mengkerdilkan diri sendiri, kecuali untuk berkaca diri sehingga lebih melejitkan potensi diri.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Duduk berjajar di berm jalan, di sebuah tikungan, di salah satu sudut kota, berbekal peralatan sederhana penyambung nyawa: cangkul, linggis, sekop dan godam, tak lupa sebotol air yang bukan mineral. Menunggu rejeki datang, kiranya ada yang datang memberi kerjaan. Kerjaan hari ini, rejeki hari ini, makan hari ini dan sudah. Besok ya besok, dipikir lagi.
.:: Edisi : Menunduk ke bumi.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk selalu berusaha sederhana dalam melihat ke"indah"an bahwa segala sesuatu sejatinya adalah "indah". Karena saat "indah" itu terlihat kalau ada "sebab", maka pasti kita akan kehilangan "indah" itu saat "sebab"nya tiada.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tenaganya luar biasa, meski asupan gizinya hanya tetumbuhan berwarna hijau yang pahit rasanya, tanpa diolah, tanpa penyedap rasa, tanpa bumbu, tanpa ada esetetika dalam penyajiannya. Minum pun sekedar air mentah yang sering tak jelas kehigienisannya, tanpa gula, tanpa teh atau pun kopi. Contoh efisiensi energi.
.:: Edisi : Jaran, sapi, kebo lan sapanunggalane.
Teruslah berpura-pura mencintaiku sampai kau lupa kepura-puraanmu.
.:: Edisi : WoW.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk segera berkaca diri ~ saat "harap" tak kunjung mendarat, saat "ingin" tak juga beriring dan saat "target" masih enggan dijangkau ~ bisa jadi kita telah menjadi hambanya harap, ingin dan target itu dengan menggebu dan mengingatnya selalu hingga lalai - melalaikan - dilalaikan dari mengabdi kepada yang menjawab harap, yang memenuhi ingin dan yang mewujudkan target. .:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk selalu menimbang kadar kesadaran dengan membandingkannya dengan kadar nafsu. Tahu diri, dengan tidak "menantang" sebuah pengabdian atau pun "memaksa" sebuah anugerah bila itu hanya dilandasi oleh hasrat nafsu, bukan oleh terbitnya kesadaran.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk tetap menjaga momen-momen hidayah yang menyebabkan bisa berbuat baik, dengan tidak mengaburkannya dengan merasa memiliki kebaikan itu, membanggakan dan menganggap rendah mereka yang belum melakukan kebaikan itu.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Mentari, demikian ia adanya, selalu setia menyinari, tak ada malam baginya. Siang atau malam hanyalah sebatas pilihan bagi bumi, hendak menghadapnya ataukah akan membelakanginya.
.:: Edisi : Sugeng enjing.
Waktu akan, terus dan selalu bergulir, hingga siang bersama malam serta siang dan malam pun bergilir, pun demikian dengan rejeki, mengalir.
.:: Edisi : Lubér ~ ambér, dadi.
Tetap "Eling lan Waspodho", kalau "di" dan / atau "ke" mana-mana tercium "bau", jangan-jangan diri kita sendiri yang ber"bau" atau mungkin juga diri kita yang malah menularkan "bau".
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", separuh hari telah terlalui, banyak juga yang telah terjadi, tentunya mungkin sangat mewarnai situasi emosi. Mari bersegera menghalau segala perasaan galau juga pikiran yang kacau, bersegera memasuki rumah jiwa kita sendiri ~ hati ~ menemui Gusti yang sejatinya selalu menemani.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk selalu mendoakan orang tua, orang tuanya orang tua, orang tua orang tuanya orang tua dan seterusnya ke atas, sebab bisa jadi karena laku dan doa mereka semuanyalah saat ini hidup kita tercahayai, serta untuk selalu juga mendoakan anak, cucu, anaknya cucu dan seterusnya ke bawah, sebab doa kita saat ini untuk mereka bisa menjadi sebab tercahayainya kehidupan mereka.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk tidak menyakiti diri sendiri dengan memelihara kekecewaan, kemarahan, kebencian dan dendam pada siapa pun yang telah menyalahi, menyakiti, mengingkari dan seterusnya, sebab sejatinya mereka sedang dipinjam oleh Tuhan untuk menempa kedewasan dan mematangkan jiwa kita agar lebih siap menerima anugerahNya di depan sana.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", pada saat sekarang, untuk selalu mengusahakan dan memilih sebab yang baik agar nanti semoga berakibat yang baik pula, karena kemanusiaan kita tidak terlepas dari sebab-akibat
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", untuk selalu merawat cinta, kasih dan sayang pada keluarga ~ pasangan, anak, orang tua, saudara ~ yang menjadi salah satu pilar penyangga baiknya negeri ini. Baik keluarganya, baik pula negerinya.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", agar bombardir informasi tak menyebabkan diri kehilangan kendali, tersihir secara masal ~ ikut-ikutan ~ hingga terpesona oleh yang ditampakkan namun sejatinya telah jauh dari esensi yang sengaja dikabur-kuburkan. Hanya sekedar menerima syariatnya informasi tanpa mau mentarekati informasi hingga benar-benar paham dan merasakan hakekatnya informasi yang terpapar
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "Eling lan Waspodho", tak ada perubahan besar tanpa dimulai dari perubahan kecil. Tak ada perbaikan di luar sebelum yang di dalam membaik.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Tetap "eling lan Waspodho", segala sesuatu yang terpaparkan di hadapan kita adalah cermin yang mungkin memantulkan bayangan diri kita sendiri.
.:: Edisi : Ngono yo ngono, ning ojo ngono.
Gembira itu biasanya dangkal dan sesaat, jadi mudah dicari, cukup keluar dari diri sendiri dan akan banyak kegembiraan yang di dapat. Tidak demikian dengan bahagia, ia hanya dapat ditemukan di dalam diri masing-masing orang, rasanya dalam dan tidak hanya sesaat, sebab dalam bahagia selalu ada muatan-muatan nilai yang melandasinya.
.:: Edisi : Wani ora usum.
Di negeri ini yang jelas hanyalah rakyat, itu pun tak benar-benar berdaulat. Yang lain tak ada kejelasan, mana negara mana pemerintah, mana presiden mana direktur, mana parpol mana perusahaan, mana aparat keamanan mana preman, mana pahlawan mana pecundang, mana gedung dewan mana pasar hewan. Namun demikian, dari berbagai ketakjelasan itu ada satu kejelasan yang sama, yaitu perut mereka yang tak pernah kenyang.
.:: Edisi : SesuaFu.
Selalu, selalu dan selalulah berharap agar tak sempat tipis apalagi putus harapan.
.:: Edisi : Status mBah Dhrunh.
Air pun tak selalu jernih, apalagi wajahmu !!!
.:: Edisi : Diomeli mBah DhrunH.
Kesadaran waktu menentukan kadar kenikmatan saat menikmati sesuatu. Rasa nikmat itu jika dan hanya jika menikmati sesuatu sekarang. Kala menikmati sesuatu sekarang namun pada kesadaran waktu tadi tentang sesuatu itu, bisa jadi kadar kenikmatannya akan sangat jauh berkurang, karena kenikmatan sekarang diperbandingkan dengan kenikmatan tadi.
.:: Edisi : Tak cukup dengan dua gunung emas.
Sebab "pas-pasan" dan tak ada yang dicadangkan untuk keperluan tertentu, maka tak punya prasangka apa-apa dan harapannya selalu baik. Biasanya pas butuh, pas ada. Yang mencadangkan untuk suatu keperluan yang dikhawatirkan terjadi, biasanya cadangannya pasti terpakai untuk sesuatu yang dikhawatirkan itu.
.:: Edisi : Lancar jaya.
Di semua hal, di segala sesuatu dan juga pada setiap siapa pun pasti ada suatu pola ~ apa pun itu ~ yang pasti pula selalu berulang. Itulah siklus. Yang tak mau tahu tentang siklus, biasanya sering terkejut karena tak siap peredam kejut.
.:: Edisi : Bukan akrobat.
Saat sakit, di manakah sebenarnya letak rasa sakitnya ?
.:: Edisi : Menyelam.
Di setiap tadi, sekarang atau pun nanti, semoga dibisakan dimaafkan, semoga pula dimampukan memaafkan dan semoga juga selalu diampuni, agar tak ada yang menghambat langkah kaki saat beranjak pergi menapak dan merangkai misi pribadi kalau toh memang mengerti hendak ke mana dan akan bagaimana saat diperjalankan menuju akhir waktu.
.:: Edisi : Ngrogoh kasur.
============
By : Den Bagus